Episode 14Terpilihnya Amerika sebagai lawan Korea bukanlah hal kebetulan. Bola pengundian di dalam wadah itu telah ditukar. Bola yang asli sekarang berada di tangan Sekretaris Bong-gu. Entah bagaimana caranya tapi Bong-gu pasti memiliki banyak kaki tangan dimana-mana hingga bisa menukar bola itu.
Sekretaris Eun teringat pada percakapannya dengan Bong-gu di telepon. Dengan nada mengancam Bong-gu bertanya apa yang akan terjadi jika Shi-kyeong tahu kalau ayahnya mengenal Bong-gu. Ia berkata dunia Shi-kyeong pasti akan hancur.
Sekretaris Eun berkata Shi-kyeong tidak boleh tahu. Jika Bong-gu berani mengatakan satu patah kata saja mengenai hal itu pada Shi-kyeong maka ia akan mengumumkan semua perbuatan Bong-gu pada dunia meski ia harus menulis dengan darahnya.
“Tenang, orang tua. Untuk apa aku mengganggunya tanpa alasan? Aku sudah cukup sibuk sebagai pemimpin kelas dunia. Dan lagi bukankah tema forum ini adalah perdamaian? Aku ke sini benar-benar karena perdamaian. Tapi meskipun begitu, perdamaian itu tidak bisa dicapai dengan mudah, bukan?” kata Bong-gu dengan nada penuh arti.
Jae-shin menguatkan hatinya dan menjalankan kursi rodanya menaiki panggung. Semuanya berjalan baik sampai terdengar lagu mengerikan itu. Lagu kesukaan Bong-gu yang membangkitkan kilasan ingatan buruk Jae-shin. Jae-shin terpaku.
Ibunda Raja bertanya pada Sekretaris Eun mengapa lagu pembukanya diubah. Jae-shin memegangi kursi rodanya erat-erat. Bong-gu pura-pura tidak tahu apa-apa. Para undangan mulai berkasak-kusuk. Shi-kyeong melihat Jae-shin dengan khawatir. Kepala pelayan mendekati Jae-shin dan bertanya apakah Jae-shin merasa tak nyaman.
Melihat sikap Jae-shin yang aneh, Sekretaris Eun menyadari dirinya lagi-lagi diperdaya Bong-gu. Dalam percakapanya dengan Bong-gu sebelumnya, Bong-gu berkata ia hanya punya sebuah permintaan kecil dan sederhana. Kehadirannya dalam forum ini membuat derajat forum ini meningkat. Kreana itu ia ingin diperlakukan sesuai kelasnya. Ia hanya ingin Sekretaris Eun memutar lagu yang ia sukai sebagai lagu pembuka.
Sekretaris Eun yang tidak tahu kalau lagu itu berdampak besar pada Jae-shin, sekrang sangat kesal. Ia menoleh pada Bong-gu yang pura-pura tidak tahu apa-apa.
Melihat Jae-shin yang terus diam di tempat, Shi-kyeong berjalan keluar ruangan. Tepat saat itu Bon Bon masuk. Mereka berpapasan dan sempat beradu pundak. Shi-kyeong tidak mengenal Bon Bon tapi instingnya mengatakan ada yang tak beres dengan wanita itu.
Jae-shin berhasil mengatasi rasa takutnya. Ia menjalankan kursinya mendekati microphone. Tapi ia terkejut saat melihat Bon Bon berdiri d ujung ruangan. Dan lagi-lagi sedang memakan coklatnya. Shi-kyeong kembali masuk ke ruangan.
Kali ini Jae-shin tak tahan lagi. Tanoa berkata apa-apa ia membalikkan kursi rodanya namun rodanya berhenti mendadak hingga Jae-shin terlempar dan terjatuh ke lantai. Semua hadirin terkejut.
Seluruh pengawal segera menutupi Jae-shin agar para reporter tidak bisa mengambil foto Jae-shin. Si gila Bong-gu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan berusaha mengambil foto Jae-shin juga. Grrr….sebel banget deh sama orang satu ini >,<
Melihat rencananya berhasil, Bon Bon berjalan keluar ruangan. Tapi Shi-kyeong berlari mengejar Bon Bon dan menahan tangannya. Shi-kyeong memperkenalkan diri sebagai pengawal keluarga kerajaan dan meminta Bon Bon untuk ikut dengannya. Bon Bon tidak mau dan melepaskan tangannya. Shi-kyeong tak melepasnya dan berkata Bon Bon harus berkerjasama.
Jae-ha menerima telepon dari Perdana Menteri mengenai insiden Jae-shin. Sekarang berita dan foto Jae-shin tersebar di internet dan surat kabar, bahkan di Twitter (emang penerus berita paling cepat^^).
Perdana Menteri berkata selain insiden ini, ia dengar Jae-ha juga akan melawan Amerika pada ronde pertama. Ia mengingatkan kalau Amerika adalah teman dan sekutu Korea Selatan. Jika Korea menang, akan ada pengaruh pada politik dan ekonomi. Ia meminta Jae-ha mengalah.
Jae-ha berkata situasinya adalah bagai mereka menghadapi Real Madrid di Liga Champion. Ronaldo dan semua bintang sepak bola lainnya duduk di bangku cadangan. Apa maskudnya mengalah? (Maksud Jae-ha adalah, tanpa mengalah pun secara teorinya mereka sudah kalah.)
Perdana Menteri tertawa. “Begitukah? Kalau begitu aku merasa lega.”
“Lega? Kau berharap aku dipenuhi luka pada ronde pettama dan keluar secepatnya, bukan begitu?”
“Mana mungkin begitu, Yang Mulia. Berusahalah yang terbaik. Yang Mulia, fightingg!!” Perdana Menteri menutup teleponnya lalu bergumam, ”Real Madrid, fighting!!”
Hang-ah dan Dong-ha mendekati Jae-ha. Hang-ah menarik tangan Jae-ha dan melihat cincinnya. Ia bertanya apakah cincin itu mengandung nikel. Jae-ha membenarkan. Dong-ha langsung mengeluh. Memangnya kenapa, tanya Jae-ha.
Hang-ah berkata bola Amerika terbuat dari bahan khusus dan mengandung magnet. Dong-ha berkata saat Piala Dunia pun begitu, bedanya saat itu orang-orang sengaja ingin melawan Amerika (yang sepak bolanya kurang bagus) sehingga mereka sengaja menggunakan cincin logam. Jae-ha baru sadar.
“Mengapa kau menggunakan cincin?” tanya Hang-ah kesal.
“Cincin ini warisan kelauragaku. Saat muncul di depan umum Raja harus mengenakannya. Dan lagi siapa yang menyuruhku langsung mengambil bola yang tersentuh. Bukankah itu kau?” Jae-ha membela diri saat melihat ekspresi Hang-ah.
“Ketika bola itu tertarik sendiri ke dalam tanganmu seharusnya kau sudah merasakan ada yang salah. Bukankah kau harusnya langsung melepaskannya? Tapi kau malah…. Kita harus segera berunding untuk membahas masalah ini. Setidaknya merencanakan strategi dan taktik kita. Kalau tidak bagaimana kita bisa menang?” Hang-ah mendelik pada Jae-ha.
Mereka berkumpul tapi menyadari Kang-seok tidak ada. Di mana? Sedang menunaikan panggilan alamnya di toilet^^ (tampang Kang-seok lucu banget hahaha….walau di toilet tetep aja sangar).
Kang-seok mendengar percakapan perwira Amerika dengan seorang perwira Israel. Perwira Israel bertanya apakah tidak apa-apa Amerika melawan Korea (khususnya Korea Utara karena ia menyinggung bom nuklir). Perwira Amerika tidak khawatir, ini adalah kompetisi persahabatan.
Tapi perwira Israel terus memanas-manasi dengan berkata kalau mereka tidak boleh mempercayai Korea. Korea Utara sudah menjual senjata pada Iran (yang notabene musuh Amerika dan Israel). Perwira Amerika berkata kompetisi ini tidak ada hubungannya dengan politik antar negara. Dan lagi semua yang ada di sini adalah perwira (bukan politikus).
“Apa bedanya kalau mereka perwira? Mereka adalah yang terburuk di dunia. Poros Iblis. Mereka orang-orang gila. Mereka bahkan meneruskan kekuasaan turun temurun hingga 3 generasi. Sama saja dengan Korea Selatan (yang meneruskan tahta kerajaan berdasarkan keturunan). Seluruh Korea memecah belah nagara mereka sendiri dan bertempur tiap hari. Utara, Selatan, Timur, Barat,” celoteh Israel.
“Benarkah? Mengapa mereka seperti itu padahal mereka negara kecil?”
“Ya, kau benar. Walau mereka bersatu, Jepang menaklukkan mereka dan menjadi budak Cina. Kerjasama tim? Tidak mungkin. Orang-orang itu selalu memecah belah segalanya. Kau beruntung berkompetisi dengan tim yang begitu mudah,” kata Israel sebelum berjalan keluar.
Perwira Amerika tidak terlalu menanggapi omongan perwira Israel itu. Mereka tahu Israel begitu karena Korea Utara mendukung Iran.
Kang-seok keluar dari toilet dengan wajah kesal. Perwira Amerika melihatnya dengan perasaan tidak enak. Mereka tahu Kang-seok mendengar percakapan barusan Saat Kang-seok mencuci tangannya, perwira Amerika bertanya Kang-seok berasal dari mana. Utara, Selatan, atau Cina?
Kang-seok berkata perasaannya sedang tidak baik saat ini jadi sebaiknya mereka diam. Seorang dari mereka mencoba menjelaskan bahwa tim lain yang menjelek-jelekkan Korea. Bukan mereka.
Seorang lagi membenarkan. Ia ingin berteman. Tapi sayang, caranya salah. Ia menepuk kepala belakang Kang-seok yang dianggap sebagai penghinaan oleh Kang-seok. Kang-seok langsung mendesak perwira itu ke tembok dan menendang perwira satunya lagi. Ia melepaskan pegangannya dan pergi dengan marah.
Tapi ternyata ia harus menghadapi kemarahan Hang-ah yang jauh lebih hebat. Hang-ah menamparnya dan bertanya apa Kang-seok gila. Hang-ah menendang dan meninjunya sambil memarahi Kang-seok. Hingga Dong-ha pun nampak ketakutan.
Kang-seok beralasan mereka dikatai kesatuan Iblis. Hang-ah bertanya apakah Kang-seok yakin tim Amerika yang mengatakannya. Di dunia ini bukan hanya orang Amerika yang berbicara dengan bahasa Inggris. Kang-seok berkata mereka bahkan berani mengatai Komandan Tertinggi mereka.
“Jadi, kau tidak bersedia meminta maaf? Semenanjung kita sudah berada di ambang kehancuran dan kau masih mementingkan harga dirimu?” tanya Hang-ah marah. Hang-ah mencabut tanda peserta Kang-seok dan mengusirnya keluar.
Jae-ha datang dan melihat keributan itu. Hang-ah sepertinya merasa malu karena timnya (dari Utara) telah membuat masalah. Ia serta merta menunjuk ke pintu dan menyuruh Kang-seok keluar.
“Hang-ah…” Jae-ha menenangkan. Ia menghampiri Hang-ah dan berkata ia akan membereskan masalah ini. Hang-ah meminta maaf pada Jae-ha dan pergi keluar. Young-bae menyusul Hang-ah. Jae-ha memberi isyarat agar Dong-ha dan pengganti Shi-kyeong ikut keluar.
Jae-ha menarik nafas panjang dan menoleh pada Kang-seok. Kang-seok tampak terpukul.
Komandan tim Amerika meminta tim Korea didiskualifikasi. Ini adalah kompetisi persahabatan tapi tim Korea menunjukkan perilaku brutal bahkan sebelum kompetisi dimulai.
Komandan Selatan menjelaskan ini hanyalah sebuah kesalahpahaman karena perbedaan budaya. Komandan Utara berkata bukankah tim Israel juga seharusnya dihukum.
“Bukan hanya kekerasan fisik saja yang masuk hitungan tapi kekerasan verbal adalah hal yang paling barbar…” kata Komandan Utara berapi-api.
Komandan Selatan buru-buru menenangkan temannya. Ia berkata pemimpin tim sedang membereskan masalah ini. Ia berharap tim Amerika bisa berbesar hati. Bukankah itu prioritas persahabatan? Komandan tim Amerika menggeleng.
Jae-ha berbicara dengan Kangs-seok. Ia berkata Kang-seok pasti mengerti mengapa Hang-ah bersikap demikian, sebagai pemimpim tim dia sudah merasa tertekan hingga bersikap keras seperti itu.
“Tidak apa-apa,” kata Kang-seok.
“Tapi sejujurnya, kau merasa sedikit sakit hati, bukan?”
“Tidak.”
“Katakan saja sejujurnya. Kau dipukul oleh wanita dan lagi ia memukulmu sebelum menanyakan permasalahannya. Kau merasa sedikit kecewa, bukan?”
“Ketika aku dipukul, aku merasa sedikit….” Akhirnya Kang-seok mengaku.
“Tentu saja, itu juga yang dirasakan tim Amerika sekarang. Mereka dipukul di toilet tanpa kau mencari tahu lebih dulu kebenarannya. Mereka tidak dianggap sebagai perwira dari Amerika, pasti mereka sangat terkejut. Dalam kejadian ini, kau seharusnya merasa bersalah. Mintalah maaf pada mereka,” kata Jae-ha dengan nada simpatik.
Kang-seok diam tak menjawab.
“Jika kau tak mau melakukannya, aku yang akan melakukannya,” kata Jae-ha.
“Tidak, bagaimana bisa aku membiarkan Raja…”
Tapi Jae-ha berkata ini adalah kesempatan terakhir mereka. Jika masalah ini tidak terselesaikan maka semuanya akan berakhir. Ia dan Hang-ah tidak akan bisa bersama dan bertemu lagi sepanjang hidup mereka.
Entah Jae-ha mengatakannya untuk meluluhkan hati Kang-seok atau memang bersungguh-sungguh saat mengatakannya, yang pasti Kang-seok jadi berpikir.
Kedua tim, minus Kang-seok, dipertemukan untuk menyelesaikan masalah ini. Nilai tim Korea dikurangi 10 poin sebagai hukuman. Komandan Amerika bertanya siapa yang akan meminta maaf. Jae-ha mengangkat tangannya. Tapi itu belum cukup, Komandan Amerika meminta Jae-ha meminta maaf bukan sebagai pemimpin tim Korea tetapi sebagai Raja Korea Selatan.
Tentu saja ini tidak masuk akal. Tapi Jae-ha merendahkan dirinya dan berkata ia akan melakukannya. Komandan Selatan protes tapi Jae-ha berkata bagaimanapun mereka harus ikut dalam kompetisi ini.
“Atas masalah ini, aku Lee Jae-ha….Raja Korea Selatan…dengan sangat menyesal…pada tim Amerika Serikat.. .”
Sebelum Jae-ha mengucapkan kata-kata ini, aku tidak merasakan perbedaan meminta maaf sebagai pemimpin tim maupun sebagai Raja. Tapi setelah mendenga Jae-ha mengucapkannya dengan begitu berat, aku menyadari permintaan maaf ini sangat berlebihan. Raja suatu negara meminta maaf karena masalah perkelahian biasa. Dan penyelenggara WOC pun diam saja.
Terdengar suara ketukan di pintu. Kang-seok masuk. Hang-ah dan Jae-ha khawatir Kang-seok akan memulai keributan lagi. Tapi Kang-seok membungkukkan badannya 90 derajat pada tim Amerika.
“Aku minta maaf. Karena ketidakpedulianku, aku menyebabkan gangguan yang tak termaafkan pada imperialis…bukan, pada tim Amerika Serikat. Setelah merenungkannya, au menyadari kesalahanku. Untuk sekali…sekali ini saja, tolong tunjukkan kebijaksanaan dan maafkan perbuatanku.”
Kang-seok menundukkan kepalanya. Bagi orang seperti Kang-seok yang begitu mementingkan harga dirinya dan negaranya, permintaan maaf ini sungguh sebuah kerendahan hati yang luar biasa. Tapi Komandan Amerika tak puas. Ia bersikeras ingin Jae-ha yang meminta maaf (Komandan Amerika ini ingin menunjukkan superioritas Amerika).
Pemimpin tim Amerika maju dan berkata mereka juga harus meminta maaf. Perwira yang menepuk kepala Kang-seok maju dan berkata ia tiak tahu kalau tindakannya itu dianggap merendahkan di Korea. Perwira satu lagi maju dan meminta maaf. Lalu mereka balas membungkuk pada Kang-seok.
Pemimpin tim Amerika maju dan mengulurkan tangannya sebagai tanda persahabatan pada Jae-ha. Jae-ha menyambutnya. Semua bertepuk tangan dan tersenyum. Pemimpin itm Amerika berkata ia mendengar rumor kalau tim Korea akan mengalah dan membiarkan tim Amerika menang karena persahabatan antara kedua negara.
“Tolong jangan lakukan itu. Itu memalukan bagi kami. Lakukan yang terbaik, dan kami juga akan melakukannya,” ujar pemimpin tim Amerika. Jae-ha tersenyum dan mengangguk.
Shi-kyeong menyodorkan bungkusan coklat yang dibawa Bon Bon dan menanyakan benda apa itu.
“Coklat.”
“Mereka bilang itu obat,” kata Shi-kyeong.
“Benarkah? Mengapa tidak kita cek?” Bon Bon mengambil dan memakan sebuah “coklat”nya. Lalu ia menggeliat-geliat mengerikan. Aku bilang menggeliat karena sedikit bikin enek >,<
Shi-kyeong dan para pengawal lain pun merasa tak nyaman dengan sikap Bon Bon. Bon Bon memencet tombol “on” alat perakam di atas meja. Ia menanyakan nama dan umur Shi-kyeong. Bertingkah sebagai interogator.
Shi-kyeong tak bicara. Ia hendak mengambil alat perekamnya tapi Bon Bon menggenggam tangan Shi-kyeong. Eeeww…
Ia berdiri dan mendekati Shi-kyeong. Bertanya apakah Shi-kyeong pernah membunuh orang sebelumnya. Ia berkata Ada beratus-ratus cara untuk melakukannya.
“Pekerjaan baru-baru ini melibatkan matahari terbenam (waktu kematian Jae-kang) dan perapian (penyebab kematian Jae-kang). Akhir-akhir ini aku meneliti rasa takut.”
Shi-kyeong segera tahu yang dimaksudkan adalah Jae-shin. Di aula dan ketika di ambulans…
“Kehancuran diri yang disebabkan rasa takut, panik, kematian… Aku adalah seniman. Perlakukan aku dengan hati-hati,” ujar Bon Bon.
Shi-kyeong menghempaskan tangan Bon Bon dan memerintahkan agar Bon Bon diborgol.
Shi-kyeong menemui Ibunda Raja dan meminta ijin agar Jae-shin diperbolehkan menemui sesorang. Tapi Ibunda Raja menolak. Jae-shin baru saja mengalami kejadian menyedihkan. Tapi Shi-kyeong berkeras ini ada hubungannya dengan kasus yang menyangkut Klub M.
Mendengar itu Ibunda Raja langung tidak mengijinkan dan mengatakan Jae-shin sedang tidur. Shi-kyeong memohon, waktu mereka tidak banyak. Bon Bon adalah orang asing dan tamu kehormatan hingga waktu penahanannya sangat terbatas.
Ibunda Raja jadi kesal dan bertanya mengapa Shi-kyeong begitu mendesaknya. Tapi Jae-shin masuk dan berkata pada ibunya kalau ia baik-baik saja. Ibunda Raja masih protes tapi Jae-shin berkata ia telah beristirahat dan minum obat jadi ia tidak apa-apa. Ia meminta Shi-kyeong mengikutinya ke ruangan lain.
Jae-shin meminta Shi-kyeong jangan khawatir. Walau ia mempermalukan dirinya, setidaknya ia tidak mati seperti Puteri Diana.
Shi-kyeong merogoh kantungnya dan mengeluarkan selembar foto. Ia berkata hari ini ia menangkap seseorang dari Klub M. Ini adalah ketiga kalinya orang itu berada di Korea. Kedatangan pertama kali, dua hari sebelum kematian Jae-kang. Kali kedua, ketika Jae-shin diikuti dari rumah sakit. dan ketiga kalinya….
“Hari ini?” tanya Jae-shin. Shi-kyeong mengangguk. Tidak mungkin itu hanya sebuah kebetulan. Ia bertanya dengan hati-hati apakah Jae-shin bisa mengindentifikasi orang itu.
Jae-shin berkata ia tidak ingat apa yang terjadi saat kematian kakaknya. Tapi ia ingat wanita di ambulans dan yang ada di aula hari ini. Shi-kyeong memperlihatkan foto Bon Bon pada Jaehin. Jae-shin langsung memalingkan wajahnya dan mengangguk.
Shi-kyeong segera berdiri dan berjalan keluar. Jae-shin bertanya apakah ada bukti atau saksi lain. Ia berkata saat ini ita tidak punya kekuatan untuk bersaksi di depan umum. Shi-kyeong menenangkannya, ia tidak akan menyulitkan Jae-shin.
Shi-kyeong kembali ke ruangan interogasi dan melihat ayahnya duduk di sana menunggunya. Ia memarahi Shi-kyeong karena telah menahan tamu asing tanpa alasan jelas. Hal itu melanggar aturan internasional. Shi-kyeong berkata mereka berhak menahannya selama 16 jam jika orang itu mengancam keluarga kerajaan.
“Apa buktinya? Obat itu? Obat itu legal di negara lain,” kata Sekretaris Eun.
Shi-kyeong berkata Jae-shin yang telah mengkonfirmasi sendiri. Orang itu adalah orang yang sama yang menakuti Jae-shin di ambulans. Tapi Sekretaris Eun bertanya apakah Jae-shin bersedia bersaksi. Tanpa saksi, tuduhan itu hanya tuduhan tidak berdasar.
Sekretaris Eun berkata Klub M sengaja melakukannya agar insiden ini digunakan untuk menekan Korea. Dan sekarang Shi-kyeong telah jatuh ke dalam perangkap. Shi-kyeong berkata orang itu dari Klub M, orang yang telah membunuh Jae-kang. Ia bertanya mengapa ayahnya menghalanginya. Apa yang sebenarnya ayahnya takutkan?
Sekretaris Eun bangkit berdiri dan menelepon seseorang untuk memecat Shi-kyeong dari satuan pengawal kerajaan dan memindahkannya ke tempat lain, sejauh mungkin dari keluarga kerajaan. Shi-kyeong terkejut.
Sekreatris Eun menyuruh Shi-kyeong pergi dari istana. Shi-kyeong menolak. Sekretaris Eun berkata ini permintaan sebagai seorang ayah, bukan sebagai Kepala Sekretaris. Shi-kyeong mengeluarkan kartu AS-nya. Sebuah kartu ijin penuh untuk menyelidiki kasus ini dari Jae-ha sendiri, yang tidak bisa dicabut oleh siapapun bahkan oleh Sekretais Eun. Ia akan terus menyelidiki kasus ini dan meminta maaf pada ayahnya.
Bong-gu mandi busa, tapi busa sebanyak apapun tak akan bisa membersihkan hatinya yang kotor *cieeeee*
Ia bertanya pada sekretarisnya sudah berapa lama Bon Bon ditahan pengawal kerajaan. Sekitar 5 jam, jawab sekretarisnya. Bong-gu mengangguk. Sekretarisnya bertanya apakah Bong-gu sengaja membiarkan Bon Bon ditangkap. Bong-gu berkata untuk menunjukkan kelemahan keluarga kerajaan tidaklah cukup dengan mempermalukan Puteri. Tema forum ini telag membuatnya marah. Apa itu gencatan senjata? Ia akan menunjukkan perdamaian yang sesungguhnya.
Sekretarisnya menunjukkan sebuah berita bahwa lawan Korea adalah Amerika Serikat. Bong-gu tertawa girang. Ia bertanya-tanya apakah ia harus memlilih Amerika, sekutunya. Atau memilih Korea, tanah kelahirannya. Jika ia memilih Amerika, Jae-ha akan tertekan. Tapi jika ia membantu Jae-ha, ia akan kehilangan kepercayaan dari Amerika.
Bong-gu mengatakannya seakan-akan ia bingung padahal jelas itu yang ia inginkan. Ia tahu rakyat sedang mengkhawatirkan hal itu. Rakyat khawatir jika Amerika kalah, maka Amerika tidak akan membantu Korea Selatan seandainya terjadi perang.
Sekretarisnya berkata ia sudah berusaha menghubungi komite WOC tapi belum berhasil. Bong-gu berkata hal itu tidak perlu, kompetisi memeang harus dilaksanakan secara adil. Sekretarisnya menatap Bong-gu tak percaya. Bong-gu berkata ia sungguh-sungguh. Memangnya Amerika membutuhkan bantuan Klub M untuk bisa menang dari Korea?
Tim Korea berlayar menuju sebuah pulau. Jae-ha dan Hang-ah berdiri dengan gagah di dek kapal. (pssst…padahal Seung-gi sebenarnya tidak tahan naik kapal laut lho, kabarnya ia suka mabuk laut). Jae-ha meyakinkan dirinya dan Hang-ah bahwa mereka bisa menang. Hang-ah mengangguk setuju, mereka bisa menang.
Jae-ha berusaha tegar tapi di hadapan Hang-ah ia tidak bsia berpura-pura. Ia menunduk memegangi pundak Hang-ah.
“Itu adalah Amerika, apa yang harus kita lakukan?” katanya khawatir. Hang-ah memegang pundak Jae-ha dan tersenyum menenangkan. Dong-ha memanggil mereka untuk masuk ke dalam .
Misi ronde pertama adalah keluar dari sebuah pulau terpencil. Hanya ada satu cara untuk keluar dari sana yaitu dengan satu-satunya perahu karet yang telah disiapkan. Tapi perahu itu hanya bisa dijalankan dengan menggunakan dua kunci bersamaan. Satu kunci dipegang oleh tim Korea, satu lagi dipegang tim Amerika. Dengan kata lain, mereka harus saling merebut kunci lawan sambil mempertahankan kunci sendiri agar bisa keluar dari pulau itu.
Mereka diberi waktu hingga pukul 8 malam untuk menemukan kunci tersebut. Tim yang lebih dulu keluar dari pulau adalah pemenangnya. Jika kedua tim sama-sama tidak berhasil keluar dari pulau sebelum jam 8 maka juri WOC akan menentukan siapa pemenangnya dari hasil rekaman CCTV yang dipasang tersebar di pulau itu.
Tapi masalahnya tim Korea sudah dipotong 10 poin. Semua melirik Kang-seok. Kang-seok diam merasa bersalah. Jadi jika mereka ingin menang sebaiknya mereka merebut kunci lawan dan pergi dari pulau itu (tidak mengandalakn pengumpulan poin).
Masing-masing tim berhak membawa perlengkapan sendiri tapi tidak boleh melebihi 40 kilogram. Sementara persenjataan dan ranjau harus sesuai standar WOC. Terlebih lagi senjata itu tidak boleh digunakan untuk membunuh atau mencederai lawan. Jika mereka mencederai lawan hingga mereka harus dirawat lebih dari 4 minggu di rumah sakit maka tim mereka akan langsung dieliminasi. Kompetisi ini untuk persahabatan dan mereka harus ingat bahwa mereka membawa kehormatan negara mereka.
Tim Korea mempersiapkan perlengkapan mereka. Jae-ha menempelkan badge bergambar semenanjung Korea di lengan seragam Hang-ah. Hang-ah balas menempelkan badge Jae-ha dan menepuknya keras-keras. Mereka tersenyum. Semua memasangkan badge mereka dan tersenyum bangga.
Mereka tiba di pulau. Tim Selatan berteriak “Hwaiting!” Sementara tim Utara dengan yel-yel perjuangan mereka “Kerahkan semangat! Berjuang habis-habisan!”
Tim Selatan melongo. Jae-ha megusulkan agar mereka meneriakkan yel yang sama.
Tim Amerika melintas tak jauh dari tempat mereka berbaris. Pemimpin tim mengacungkan kunci Amerika (kunci yang harus direbut tim Korea) dan berteriak “Good luck!!” pada tim Korea. The game is on….
Sementara itu, Shi-kyeong telah menyelidiki siapa Bon Bon sebenarnya. Bon Bon adalah tentara bayaran Klub M yang berasal dari angkatan udara khusus Inggris. Seorang profesional yang terlatih khusus dalam serangan teroris, pembunuhan dan penculikan. Nama aslinya Mia Tello, namun di klub M ia dipanggil Bon Bon (coklat).
“Ia membunuh anggota timnya bahkan ibunya sendiri. Ia benar-benar gila,” kata Shi-kyeong membaca riwayat hidup Bon Bon. Teman Shi-kyeong erkata coklat yang dibawa Bon Bon memang mengandung obat-obatan tapi mereka tidak bisa menuntutnya karena obat itu jenis terbaru dan baru pertama kali ini masuk ke Korea Selatan hingga belum ada peraturan yang mengaturnya.
Perdana Menteri marah-marah menelepon Sekretaris Eun mengenai Klub M. Sekretaris Eun berkata para pengawal kerajaan hanya melakukan tugas mereka dan ia sedang mempersiapkan permintaan maaf. Perdana Menteri membentak bahwa Klub M sedang mengadakan konferensi pers mengenai penahahan Bon Bon.
Sekretaris Bong-gu berbicara di depan media: “Klub M sangat prihatin dengan tragedi yang menimpa negara ini, yaitu pembunuhan Raja sebelumnya dan terlukanya Puteri. Tapi hal itu tidak membenarkan tindakan penahanan pada tamu asing melebihi batas waktu yang ditentukan. Karena itu kami meminta keluarga kerajaan Korea untuk melepaskan pekerja kami.”
Shi-kyeong menonton konferensi pers itu dari TV. Ayahnya masuk dan langsung memarahinya. Ia sudah bilang bahwa ini adalah jebakan. Ia menyuruh Shi-kyeong meminta maaf pada Klub M dan melepaskan Bon Bon.
Shi-kyeong masih hendak protes tapi ayahnya mengingatkan bahwa ini menyangkut reputasi keluarga kerajaan. Ia bertanya apakah prinsip agung Shi-kyeong cukup pantas untuk merusak reputasi keluarga kerajaan. Apakah Shi-kyeong baru akan sadar setelah reputasi keluarga kerajaan hancur?
Sekretaris Eun berkata Shi-kyeong harus bertahan. Saat ini Bon Bon berada di atas angin. Ia menyuruh Shi-kyeong menahan diri tak peduli apapun yang terjadi. Bahkan seandainya Shi-kyeong disuruh menjilat kaki mereka, Shi-keyong harus bertahan. Eeww…
Tapi Shi-kyeong tahu kali ini ayahnya benar. Mereka tidak punya bukti cukup untuk menahan Bon Bon dan lagi klub M telah membuat masalah ini diketahui dunia hingga terkesan keluarga kerajaan bertindak semena-mena.
Bong-gu duduk dengan angkuh sementara Sekretaris Eun membungkuk dan meminta maaf. Bong-gu pura-pura berwajah sangat eksal. Shi-kyeong masuk membawa Bon Bon. Bong-gu berkata Bon Bon bukanlah sekedar pengawalnya. Ia sudah menganggapnya sebagai puterinya sendiri jadi bagaimana bisa mereka memperlakukannya seperti itu.
Bon Bon meminta barang-barangnya dikembalikan. Shi-yeong menyerahkannya tanpa menoleh.
“Apakah kau tidur dengan sang Puteri?” tanya Bon Bon tiba-tiba.
Shi-kyeog tertegun dan menoleh. Bong-gu melihat dengan perasaan tertarik.
“Dia cantik. Oh, kau belum melkukannya kan? Kenapa? Apa karena dia cacat?”
Shi-kyeong menatap Bon Bon dan siap meledak. Tangannya dikepalkan kuat-kuat. Bong-gu melihat ekspresi wajah Shi-kyeong dan merasa senang.
“Malam itu, dia sangat gemetaran. Dia terus berteriak meminta tolong. Seperti seorang pengecut. Tanpa harga diri sebagai seorang Puteri,” bisik Mia pada Shi-kyeong.
“Apa yang kautunggu? Pukul dia? Aya lakukan…” kata Bong-gu dalam hatinya. Ia melirik pada kamera yang tersembunyi di balik tanaman. Ia berharap Shi-kyeong lepas kendali dan memukul Bon Bon, dengan begitu reputasi keluarga kerajaan hancur seketika apalagi kejadian ini terjadi di saat Korea sedang menjadi tuan rumah forum perdamaian.
Shio-kyeong menarik nafas panjang dan berbalik menghadap Bong-gu. Ia meminta maaf karena telah bersikap tidak sopan. Bon Bon terlihat kesal karena rencananya tidak berhasil. Bong-gu malah tampak terkesan.
Shi-kyeong berkata ia beharap lain kali Bong-gu membawa orang yang lebih sesuai, yang tidak memiliki masalah temperamen dan sejarah sakit jiwa. Apalagi yang pernah membunuh anggota timnya sendiri. Ia bertanya mengapa Bong-gu masih memperkerjakan orang seperti itu (Bon Bon).
“Tembakan itu tidak disengaja,” ujar Bon Bon.
“Benarkah? Kalau begitu bagaimana dengan kematian ibumu?” tanya Shi-kyeong tenang.
Bong-gu melirik Bon Bon, ia tahu Bon Bon akan meledak. Dan benar, Bon Bon berteriak-teriak histeris dan berkata akan membunuh Shi-kyeong. Bong-gu memberi isyarat pada para anak buahnya untuk membawa Bon Bon pergi. Bon Bon terus berteriak–teriak histeris.
Bong-gu mendekati Shi-kyeong dan menanyakan namanya. Ia terkejut aaat mendengar nama Shi-kyeong.
“Anakmu?” tanyanya senang pada Sekretaris Eun. Sekretaris Eun tak menjawab saking khawatirnya. Khawatir Bong-gu akan memberitahu Shi-kyeong.
Bong-gu merangkul pundak Shi-kyeong dan mengajaknya bercakap-cakap di ruangan lain. Sekretaris Eun hendak mengikuti tapi ia dihalangi oeh bodyguard Bong-gu.
“Kau pintar…tapi mengapa orang sepertimu melayani Lee Jae-ha? Dia reinkarnasi iblis.” Pffft kalau Jae-ha disebut reikarnasi iblis maka Bong-gu apanya?
“Ia adalah Yang Mulia Raja. Tolong bersikap yang sopan,” ujar Shi-kyeong tenang.
“Apakah karena dia seorang Raja? Hingga jika kau mengikutinya, kau bisa mendapatkan sedikit air dari sisa-sisa buah yang dimakannya? Tapi ia tidak memiliki banyak kekuasaan. Beralihlah padaku. Aku akan memberikannya. Aku memliki banyak buah.” (Bong-gu pikir Shi-kyeong mengikuti Jae-ha karena ingin ikut menikmati kekuasaan Jae-ha)
Shi-kyeong menoleh menatap Bong-gu.
“Maafkan aku,” ujarnya tenang, “Tapi aku tidak makan buah busuk.”
Bong-gu tertegun tapi berusaha tidak memperlihatkannya. Ia tersenyum kecil dan menepuk pundak Shi-kyeong, lalu pergi.
Bong-gu merenung di kamarnya. Ia teringat pada perkataan Jae-ha dalam rekaman video itu. Bahwa ada orang-orang yang percaya pada Jae-ha hingga ia bisa memulai kembali. Tapi Bong-gu tidak memiliki satu orangpun. Bong-gu baru menyadari kebenaran kata-kata Jae-ha.
Tim Korea berada di dalam pos mereka di tengah hutan. Mereka sedang membicarakan strategi untuk merebut kunci Amerika. Jae-ha mengusulkan agar mereka membuat kunci duplikat.
Semua terkejut. Itu kan curang. Bahkan Dong-ha yang selama ini selalu membantu rencana Jae-ha pun terlihat tidak setuju. Apalagi Hang-ah.
Jae-ha bertanya apakah mereka senua tidak ingin menang. Dong-ha berkata tidak mungkin mereka membuat kunci duplikat di tenagh hutan seperti itu. Tidak ada bahan dan peralatan yang cukup.
“Benar juga,” kata Jae-ha. Ia lalu mendapat ide “cemerlang” lainnya.
“Bukankah kita hanya harus keluar dari sini? Mari kita berenang.” HAHAHAHA :D
Ia meyakinkan semuanya kalau ia jago renang. Hang-ah berkata perjalanan mereka ke pulau ini menggunakan kapal laut saja memakan watu lebih dari 3 jam. Jika mereka berenang? Mereka akan mati.
Jae-ha mengusulkan agar mereka menyogok tim Amerika. Tapi ia berpikir lagi, Amerika tidak kekurangan apapun, bisa mereka sogok dengan apa?
Sementara Jae-ha sibuk menelurkan ide-ide aneh (seperti mengakali alat “kematian” mereka yang terpasang pada seragam hingga mereka bisa “hidup” kembali), tim Amerika sudah bergerak. Mereka mengendap-ngendap mendekati pos Korea
Hang-ah berkata mereka mewakili negara mereka jadi mereka harus berjuang dengan terhormat. Jae-ha beralasan ini adalah gaya tempur modern. Peralatan mereka kalah jauh dari tim Amerika jadi bagaimana bisa mereka bersaing adil. Hang-ah berkata kalau seperti itu mengapa Jae-ha tidak mundur saja sejak awal. menghancurkan semua kamera, mencari sadera dan menggunakannya sebagai ancaman. Sekalian saja menggunakan cara yang paling hina.
“Hina? Apanya yang hina dalam perang? Jadi apakah taktik perang Jenderal Yi Sun-sin yang diam-diam membuat kapal kura-kura juga cara yang hina? Mereka melakukannya untuk mengatasi kekurangan mereka.” (Jenderal Yi Sun-sin adalah salah satu jenderal ternama jaman Joseon. Ia penemu kapal kura-kura yang memberi kemenangan pada beberapa pertempuran besar)
Taip Hang-ah tetap berpikir cara Jae-ha adalah salah. Ia bertanya bukankah Jae-ha adalah Raja.
“Justru karena aku seorang Raja maka aku seperti ini. Karena kita harus kembali sebagai pemenang. Karana aku ingin bertunangan denganmu. Apa kau tidak tahu? Sudah tidak ada jalan untuk kembali.”
Hang-ah tetap diam. Jae-ha berusaha membujuk Hang-ah dan menggenggam tangannya. Tapi dengan tenang Hang-ah meminta maaf. Ia tidak bisa bertunangan dengan cara seperti ini. Ia menarik tangannya dari genggaman Jae-ha.
“Aku menginginkan seorang pria yang layak aku hormati. Hanya jika kita menang secara terhormat baru aku akan menyetujui pertunangan itu.”
Hang-ah memalingkan wajahnya.
“Hormat? Jadi apakah aku ini hina?” tanya Jae-ha kecewa.
Hang-ah tak menjawab. Jae-ha melihat rekan-rekan satu timnya yang ikut memalingkan wajh mereka. Merasa tersingkir, Jae-ha bangkit berdiri. Hang-ah mengambil alih menyusun strategi.
Tim Amerika semakin mendekati pos tim Korea. Mereka menembakkan sesuatu hingga menempel di kaca jendela pos tim Korea. Bentuknya seperti karet yang menempel dan ternyata di dalamnya ada sebuah kamera. Dengan begitu tim Amerika bisa melihat pergerakan tim Kroea.
Tim Korea tidak tahu mereka telah dimata-matai tim Amerika. Mereka meributkan siapa yang akan memegang kunci. Biasanya pemimpin tim yang memegang kunci, tapi Jae-ha melempar kunci itu ke atas meja. Ia tidak mau memegangnya.
“Pemimpin itm dari Utara, aku minta maaf. Bukankah aku orang yang kejam dan hina?” sindirnya. Ia mengusulkan hompimpah. Hang-ah memarahi Jae-ha, mengira ia masih ngambek karena usulnya tidak diikuti. Jae-ha berkata itu taktiknya. Agar tidak ada yang bisa memperkirakan siapa pemegang kuncinya.
Mereka hompimpah dan Yong-bae yang malang menjadi pemegang kunci. Young-bae protes. Kunci sepenting itu ia tidak bisa memegangnya. Jae-ha menepuk kepala Young-bae.
“Justru karena penting maka harus seperti ini. Tim itu tidak akan menyangka anak sepolos ini yang memegangnya.”
Hahaha…itu pujian atau ledekan sih^^ Young-bae bengong sementara Jae-ha mengalungi kunci ke leher Young-bae dan menyuruh semuanya bertepuk tanagn. Tapi …. siapapun pemegang kuncinya, tim Amerika sudah mengetahuinya.
Kang-seok, pengganti Shi-kyeong, Jae-ha dan Hang-ah bersiap untuk patroli sementara Young-bae dan Dong-ha berjaga di pos.
Hang-ah dan Jae-ha tentu saja satu ATV^^ Mereka sempat berebut tempat menjadi pengemudi ckckc… Jae-ha berkata dia tetap laki-laki. Walau pura-pura tak suka, Hang-ah tersenyum juga dan naik ke belakang.
Young-bae melihat dari jendela ada pergerakan tim Amerika di dekat pos mereka. Ia memberitahu Dong-ha yang sedang berada di toilet. Young-bae gugup dan bersembunyi ketika mendadak pintu pos terbuka.
Tim Amerika masuk dan melepaskan tembakan. Dong-ha merunduk di toilet. Keempat tim Korea yang sedang berpatroli mendengar suara tembakan dan menghentikan patroli mereka.
Young-bae berbisik agar Dong-ha mencari cara untuk melarikan diri. Young-bae melepas kunci dari lehernya. Tim Amerika menemukannya dan menodongkan senjata pada Young-bae.
Young-bae memegang erat kunci tim Korea lalu memasukkannya ke dalam mulut. Yuckk >,<
Tim Amerika mendekatkan senjatanya untuk mengancam Young-bae tapi Young –bae malah menelan kunci itu. Ewwww…pasti sakit banget ya…
Tim Korea kembali ke pos mereka dan menemukan pos itu telah berantakan sementara Young-bae tidak ada di sana. Dong-ha meminta maaf dan merasa sangat menyesal. Tapi nasi sudah jadi bubur, pisang sudah jadi kolak…tak bisa mengubah apa yang sudah terjadi.
Ayah Hang-ah mendengar apa yang terjadi. Komandan tim Utara berkata jika tim Amerika berhasil mendapat kuncinya maka tim Korea akan menjadi tim pertama ynag paling cepat kalah dalam sejarah WOC. Hal ini akan menjadi bahan tertawaan dunia.
Young-bae diikat di dalam pos Amerika. Ia berteriak-teriak menantang tim Amerika mengambil kunci yang berada dalam perutnya. Tapi ada satu masalah, ia sedang sembelit.
Wanita dari tim Amerika berkata mereka harus membunuh Young-bae. Seorang dari mereka membuka pisau lipat. Young-bae ketakutan dan bertanya apa yang akan mereka lakukan. Dia pikir perutnya akan dibedah.
Tapi ternyata mereka hanya menempelkan obat di perut Young-bae (yang akan menembus kulit dan masuk ke perut Young-bae). Semacam obat pencahar. Hihih…aneh juga ya perang kok bawa obat pencahar.
Tim Korea membereskan tempat mereka. Hang-ah melihat menemukan kamera yang tertempel di jendela. Tahulah mereka mengapa Young-bae yang diincar tim Amerika. Tiba-tiba telepon berbunyi.
Pemimpin tim Amerika yang menelepon. Ia menyuruh Jae-ha menyerah. Mereka akan mendapatkan kunci tim Korea dalam waktu 3 jam. Ia meminta tim Korea tidak mencari masalah karena tim Korea sudah kalah. Tapi ditantang dan diremehkan seperti itu malah membuat Jae-ha marah.
Tim Amerika berhasil mendapatkan kunci tim Korea dari Young-bae dan melaporkan kalau Young-bae terluka dan menangis karena kecewa. Bayangkan saja sendiri prosesnya >,<
Tim Amerika berjalan ke pantai, merasa yakin mereka telah melewati ronde pertama dengan mudah dan memikirkan siapa lawan mereka selanjutnya. Tapi alangkah terkejutnya mereka saat melihat perahunya hilang. Mereka tidak bisa kembali walau memiliki 2 kunci. Berkat IQ JAe-ha!! ^^
Pemimpin tim Amerika menyuruh timnya pergi ke pos tim Korea. Dua anggota tim Amerika pergi ke pos tim Korea dan melihat sebuah tas besar. Mungkin mereka mengira isinya adalah perahu itu (perahu karet kan bisa dikempesin^^). Mereka masuk dan membuka tas itu. isinya: secarik kertas bertulisan “Welcome”.
Kang-seok melepas tembakan dari luar pos. Ia ingin mengalihkan dua anggota tim itu ke arah lain. Dan untunglah kedua anggota tim itu termakan umpan. Mereka mengejar Kang-seok.
Pemimpin tim Amerika kembali ke posnya. Ia mengalungkan kedua kunci di lehernya. Satu anggota tim menjaga Young-bae di dalam gudang sementara yang lainnya berjaga.
Dong-ha dan Jae-ha mengendap-endap di sekitar pos Amerika. Dong-ha melemparkan sesuatu ke atas gudang persediaan tempat Young-bae ditahan. Pemimpin tim Amerika keluar dan menemukan pemantik api yang dilempar Dong-ha.
Melihat pos tim Amerika kosong, Dong-ha memberi isyarat pada Jae-ha untuk masuk. Jae-ha masuk pos tim Amerika melalui jendela. Lalu ia mencabut bola lampu.
Sementara itu Hang-ah dan pengganti Shi-kyeong bergegas kembali setelah mereka menyembunyikan perahu. Hang-ah teringat kata-kata Jae-ha bahwa kekuatan tim mereka adalah kerjasama tim. Jika mereka tidak saling mempercayai maka kegagalan sudah pasti tak terhindarkan.
“Percayalah padaku dan aku akan percaya padamu,” kata Jae-ha.
Jae-ha merakit sesuatu di dalam pos Amerika. Sebuah bom?
Comments
Post a Comment
silahkan komentar disini, dan gunakan bahasa yang baik dan benar, dan juga saya beritahukan blog ini DOFOLLOW.