Bleach 494 The Closing Chapter Part One
teks version by : bleachindonesia.com
===========================
Pilar-pilar berwarna putih kebiruan tiba-tiba muncul di seireite. Pilar cahaya itu menghancurkan segala yang berada di dekatnya.
"Apa?! Serangan lawan?!" Seorang shinigami berteriak, memberi kabar teman-teman mereka yang mungkin belum siap menghadapi serangan ini. Seluruh Kapten dan wakil kapten segera beranjak dari tempatnya, bergegas untuk turun ke medan perang.
"Apa-apaan ini...?!" Ucap Renje tertegun melihat apa yang ada di depannya. Seluruh Seireite kini penuh dengan pilar-pilar putih kebiruan yang datangnya entah darimana.
"Pilar cahaya..." Teriak salah seorang yang di dekat Kajoumaru.
"Itu bukan cahaya..." Koreksi Kajoumaru, "Itu pilar api biru!!"
Di tempat yang tidak jauh, Rukia, Kiyone dan Kotetsu juga tertegun dengan apa yang terjadi di sana. " Pilarnya terbuat dari reishi yang sangat pekat. Ada berapa banyak jumlahnya?!" Teriak Kiyone.
Rukia yang bersama mereka tiba-tiba melompat ke belakang, berlari ke arah salah satu pilar itu. "Hei, Kuchiki!! Mau ke mana, fukutaichou?!" Teriak Kiyone.
"Ke bagian bawah pilar itu!! Pemimpin pasukan musuh mungkin ada di sana!" Ucap Rukia sambil melesat pergi.
Di Ichibantai, sang Soutaichou berdiri dengan tatapan tajam. Matanya melihat seluruh Seireite yang telah ratusan tahun belum pernah mengalami hal seperti ini, penuh dengan pilar reishi seperti ini.
"Aku berangkat. Kau tunggu dan jaga tempat ini." Ucap sang Soutaichou kepada Ichibantai Daisanzeki, Genshirou Okikiba, shinigami yang menggantikan Sasakibe setelah sang fukutaichou itu gugur dalam penyerangan sebelumnya.
"Siap." Ucapnya sambil menunduk seolah tak bisa bagi dirinya untuk menghentikan langkah sang Soutaichou.
Di tempat lain, Kira dan kelompoknya sudah berada di dekat salah satu pilar reishi itu. Tangannya sudah menggenggam zanpakutounya, siap untuk menebas segala musuh yang tiba-tiba mendatanginya.
"Tim penyelidik reishi, butuh berapa lama?" Tanya Kira pada seorang tim penyidik di belakangnya. Tim penyidik sendiri masih sibuk dengan alat ditangannya.
"Maaf! Reishi-nya terlalu pekat, alat ini jadi kacau..." Ucapnya sambil mengutak-atik alat ditangannya.
" Kurasa berarti benar ada di sana. Rikuu." Ucap Kira pada teman satu divisinya yang berada dibawah pangkatnya. Tatapan Kira masih tajam mengarah ke pilar reishi di depannya.
"Ya. Aku cukup yakin." Jawab sang Sanbantai Daisanseki itu.
"Cepatlah. Aku mulai bosan." Timpal Taketsuna Gori yang menjabat sebagai Daigoseki di Sanbaitai.
"Awas lidahmu bakal tergigit karena kaget saat musuhnya datang. Monyet." Kali ini Asuka Katakura, Dairokuseki yang ikut bicara.
" Kami mendeteksi reiatsu! Polanya sesuai dengan sampel kami, dengan ketepatan 93%!!" Teriak salah satu tim penyelidik itu tiba-tiba.
Tatapan yang lain semakin tajam ke arah pilar itu, perlahan tampak seorang datang dari dalam gumpalan reishin padat itu walau tidak terlalu jelas. Tangan para shingami itu semakin erat memegang zanpakutonya, seolah siap untuk menghunus setiap saat.
"Itu Quincy!!" Teriak Kira, "Sudah kulihat!! Serang dia!!!"
Namun, hanya selangkah saja wakil kapten berambut kuning itu beranjak dari tempatnya, sebuah "Holy Arrow" telah meluncur tepat ke arahnya. Semua terdiam melihat apa yang terjadi. Wakil kapten itu, iya Izuru Kira telah terkena serangan itu. Tubuhnya terluka. tidak, lebih parah dari dari itu. Tangannya terputus, dada bagian kanannya lubang karena panah reishi sang shinigami. Darah segar keluar dari mulutnya. Perlahan, kakinya tak kuat menopang tubuh kecilnya hingga sang Sanbantai Fukutaichou itu ambruk, terjatuh begitu saja di tanah.
"Uwaaaaah!! Kira-fukutaichou...!" Semuanya berteriak setelah terlepas dari keheningan tadi.
"Serangan mendadak, rendah sekali!! Gunakan shikai! Jangan sampai dia lari!!" Teriak Rikuu.
Tanpa berpikir, mereka bertiga langsung menggunakan shikai-nya.
"Fukinarase, Mogaribue!! Rirakese, Katakage!! Makite no Hare, Shunjin!!" Teriak Gori, Katakura dan Rikuu hampir bersamaan.
Seketika itu zanpa mereka berubah dalam bentuk sebenarnya. Namun, seketika itu pula sang Quincy menyerang Gori dan Katakura, keduanya langsung tumbang. Rikuu yang terkejut mencoba untuk membalas sang Quincy. Tapi sungguh sia-sia, tak sulit bagi sang Quincy untuk membuat sang Daisanseki ini tumbang seperti tiga shinigami yang lain.
Melihat Fukutaichou dan tiga shinigami seated officer mereka dikalahkan dengan begitu mudahnya, mereka memilih lari dari sana. Seolah naluri mereka telah memberitahu dirinya kalau sungguh tak mungkin untuk melawan sang Quincy. Mereka semua lari sambil berteriak ketakutan.
"Maaf." Ucap sang Quincy pelan sambil membuka tudung kepalanya. "Kami diperintahkan untuk membunuh kalian semua."
Para Stern Ritter sudah menapakkan kakinya di Seiretei. Mimpi buruk bagi shinigami akan segera dimulai. Jeritan ketakutan yang tak pernah terdengar selama ratusan tahun kini akan dilantunkan dengan paksa. Pertumpahan darah, kini akan terjadi ditempat suci ini, di tempat yang tak sembarang orang bisa memasukinya. Seireitei, sungguh diluar perkiraan tempat ini akan akan menjadi medan perang bagi shinigami sendiri.
"Menggigil lah dalam ketakutan, Shinigami." Ucap salah seorang Stern Ritter dengan senyum tipisnya. "Stern Ritter akan menyucikan kalian."
Di Juunibantai, bagian Departemen Penelitian dan Pengembangan juga mengalami kesibukan dengan data-data yang mereka terima.
"Saat ini, kami berhasil mendeteksi reiatsu lawan paling tidak di 16 titik. Tapi kami juga mendeteksi hilangnya reiatsu para shinigami di titik lain, kemungkinan karnea pertempuran. Kami menduga tim penyelidik reiatsu tewas sebelum sempat mengirim informasi." Ucap salah satu peneliti di sana seolah tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Reiatsu dari fukutaichou divisi 3, Kira, sudah menghilang! Reiatsu dari tiga pemilik kursi di divisi yang sama juga hilang!! 25 serdadu tewas di kawasan sebelah timur, titik 601!! 61 serdadu lain tewas di titik 224!!" Lanjutnya memberi laporan.
Akon terdiam, keringat dingin membasahi pipinya. Dirinya tak bergerak, tak percaya dengan data yang ada di hadapannya, dengan ucapan yang baru saja di dengarnya.
"Lebih dari 1000 korban tewas hanya 7 menit setelah penyerangan. Ini terlalu gawat. " Gumamnya dalam hati, "Tidak mungkin kita bisa menang..
===========================
BERSAMBUNG>>> 495
===========================
teks version by : bleachindonesia.com
===========================
Pilar-pilar berwarna putih kebiruan tiba-tiba muncul di seireite. Pilar cahaya itu menghancurkan segala yang berada di dekatnya.
"Apa?! Serangan lawan?!" Seorang shinigami berteriak, memberi kabar teman-teman mereka yang mungkin belum siap menghadapi serangan ini. Seluruh Kapten dan wakil kapten segera beranjak dari tempatnya, bergegas untuk turun ke medan perang.
"Apa-apaan ini...?!" Ucap Renje tertegun melihat apa yang ada di depannya. Seluruh Seireite kini penuh dengan pilar-pilar putih kebiruan yang datangnya entah darimana.
"Pilar cahaya..." Teriak salah seorang yang di dekat Kajoumaru.
"Itu bukan cahaya..." Koreksi Kajoumaru, "Itu pilar api biru!!"
Di tempat yang tidak jauh, Rukia, Kiyone dan Kotetsu juga tertegun dengan apa yang terjadi di sana. " Pilarnya terbuat dari reishi yang sangat pekat. Ada berapa banyak jumlahnya?!" Teriak Kiyone.
Rukia yang bersama mereka tiba-tiba melompat ke belakang, berlari ke arah salah satu pilar itu. "Hei, Kuchiki!! Mau ke mana, fukutaichou?!" Teriak Kiyone.
"Ke bagian bawah pilar itu!! Pemimpin pasukan musuh mungkin ada di sana!" Ucap Rukia sambil melesat pergi.
Di Ichibantai, sang Soutaichou berdiri dengan tatapan tajam. Matanya melihat seluruh Seireite yang telah ratusan tahun belum pernah mengalami hal seperti ini, penuh dengan pilar reishi seperti ini.
"Aku berangkat. Kau tunggu dan jaga tempat ini." Ucap sang Soutaichou kepada Ichibantai Daisanzeki, Genshirou Okikiba, shinigami yang menggantikan Sasakibe setelah sang fukutaichou itu gugur dalam penyerangan sebelumnya.
"Siap." Ucapnya sambil menunduk seolah tak bisa bagi dirinya untuk menghentikan langkah sang Soutaichou.
Di tempat lain, Kira dan kelompoknya sudah berada di dekat salah satu pilar reishi itu. Tangannya sudah menggenggam zanpakutounya, siap untuk menebas segala musuh yang tiba-tiba mendatanginya.
"Tim penyelidik reishi, butuh berapa lama?" Tanya Kira pada seorang tim penyidik di belakangnya. Tim penyidik sendiri masih sibuk dengan alat ditangannya.
"Maaf! Reishi-nya terlalu pekat, alat ini jadi kacau..." Ucapnya sambil mengutak-atik alat ditangannya.
" Kurasa berarti benar ada di sana. Rikuu." Ucap Kira pada teman satu divisinya yang berada dibawah pangkatnya. Tatapan Kira masih tajam mengarah ke pilar reishi di depannya.
"Ya. Aku cukup yakin." Jawab sang Sanbantai Daisanseki itu.
"Cepatlah. Aku mulai bosan." Timpal Taketsuna Gori yang menjabat sebagai Daigoseki di Sanbaitai.
"Awas lidahmu bakal tergigit karena kaget saat musuhnya datang. Monyet." Kali ini Asuka Katakura, Dairokuseki yang ikut bicara.
" Kami mendeteksi reiatsu! Polanya sesuai dengan sampel kami, dengan ketepatan 93%!!" Teriak salah satu tim penyelidik itu tiba-tiba.
Tatapan yang lain semakin tajam ke arah pilar itu, perlahan tampak seorang datang dari dalam gumpalan reishin padat itu walau tidak terlalu jelas. Tangan para shingami itu semakin erat memegang zanpakutonya, seolah siap untuk menghunus setiap saat.
"Itu Quincy!!" Teriak Kira, "Sudah kulihat!! Serang dia!!!"
Namun, hanya selangkah saja wakil kapten berambut kuning itu beranjak dari tempatnya, sebuah "Holy Arrow" telah meluncur tepat ke arahnya. Semua terdiam melihat apa yang terjadi. Wakil kapten itu, iya Izuru Kira telah terkena serangan itu. Tubuhnya terluka. tidak, lebih parah dari dari itu. Tangannya terputus, dada bagian kanannya lubang karena panah reishi sang shinigami. Darah segar keluar dari mulutnya. Perlahan, kakinya tak kuat menopang tubuh kecilnya hingga sang Sanbantai Fukutaichou itu ambruk, terjatuh begitu saja di tanah.
"Uwaaaaah!! Kira-fukutaichou...!" Semuanya berteriak setelah terlepas dari keheningan tadi.
"Serangan mendadak, rendah sekali!! Gunakan shikai! Jangan sampai dia lari!!" Teriak Rikuu.
Tanpa berpikir, mereka bertiga langsung menggunakan shikai-nya.
"Fukinarase, Mogaribue!! Rirakese, Katakage!! Makite no Hare, Shunjin!!" Teriak Gori, Katakura dan Rikuu hampir bersamaan.
Seketika itu zanpa mereka berubah dalam bentuk sebenarnya. Namun, seketika itu pula sang Quincy menyerang Gori dan Katakura, keduanya langsung tumbang. Rikuu yang terkejut mencoba untuk membalas sang Quincy. Tapi sungguh sia-sia, tak sulit bagi sang Quincy untuk membuat sang Daisanseki ini tumbang seperti tiga shinigami yang lain.
Melihat Fukutaichou dan tiga shinigami seated officer mereka dikalahkan dengan begitu mudahnya, mereka memilih lari dari sana. Seolah naluri mereka telah memberitahu dirinya kalau sungguh tak mungkin untuk melawan sang Quincy. Mereka semua lari sambil berteriak ketakutan.
"Maaf." Ucap sang Quincy pelan sambil membuka tudung kepalanya. "Kami diperintahkan untuk membunuh kalian semua."
Para Stern Ritter sudah menapakkan kakinya di Seiretei. Mimpi buruk bagi shinigami akan segera dimulai. Jeritan ketakutan yang tak pernah terdengar selama ratusan tahun kini akan dilantunkan dengan paksa. Pertumpahan darah, kini akan terjadi ditempat suci ini, di tempat yang tak sembarang orang bisa memasukinya. Seireitei, sungguh diluar perkiraan tempat ini akan akan menjadi medan perang bagi shinigami sendiri.
"Menggigil lah dalam ketakutan, Shinigami." Ucap salah seorang Stern Ritter dengan senyum tipisnya. "Stern Ritter akan menyucikan kalian."
Di Juunibantai, bagian Departemen Penelitian dan Pengembangan juga mengalami kesibukan dengan data-data yang mereka terima.
"Saat ini, kami berhasil mendeteksi reiatsu lawan paling tidak di 16 titik. Tapi kami juga mendeteksi hilangnya reiatsu para shinigami di titik lain, kemungkinan karnea pertempuran. Kami menduga tim penyelidik reiatsu tewas sebelum sempat mengirim informasi." Ucap salah satu peneliti di sana seolah tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Reiatsu dari fukutaichou divisi 3, Kira, sudah menghilang! Reiatsu dari tiga pemilik kursi di divisi yang sama juga hilang!! 25 serdadu tewas di kawasan sebelah timur, titik 601!! 61 serdadu lain tewas di titik 224!!" Lanjutnya memberi laporan.
Akon terdiam, keringat dingin membasahi pipinya. Dirinya tak bergerak, tak percaya dengan data yang ada di hadapannya, dengan ucapan yang baru saja di dengarnya.
"Lebih dari 1000 korban tewas hanya 7 menit setelah penyerangan. Ini terlalu gawat. " Gumamnya dalam hati, "Tidak mungkin kita bisa menang..
===========================
BERSAMBUNG>>> 495
===========================
Thank Gan, ceritanya seru bleach.
ReplyDelete