Bleach chapter 524
The Drop
Bleach 524 |
Keadaan Soul Society sudah membaik, begitu tenang. Paska penyerangan Quincy itu kini telah berlalu seperti biasa. Kekuatan yang dimiliki masih belum cukup untuk berdiri kembali, melalukan penyerangan balik. Namun, kini mereka masih mencoba menghimpun kekuatan baru untuk menahan serangan tak terduga yang akan menyerang kembali.
Yonbantai, kini telah sepi oleh para shinigami yang terluka. Terlihat ruang pengobatan Rumah sakit umum milik divisi pengobatan ini telah ditinggal oleh para shinigami. Hanya terlihat seorang perempuan berambut perak yang memandang hampa ke luar jendela. Mencoba memikirkan sang taichou yang biasa dikawalnya, Unohana Retsu. Tangan Isane menggenggam sesuatu yang begitu berharga baginya. Selembar surat yang diberikan padanya sebelum sang taichou pergi meninggalkan divisinya, meninggalkan fukutaichou, meninggalkan para para shinigami yang berada dibawah kekuasaannya. Mungkin untuk selamanya, mungkin, tak ada yang tahu.
"Unohana Taichou..." Jari-jari Isane menggenggam surat itu seolah lembaran kertas itu akan menghilang dari dekapan tangannya. Air matanya juga ikut menetes membasahi kedua tangannya. Pipinya basah karena air matanya. Mulutnya tak bisa ditahan untuk meraung, menangis seolah tak percaya kalau sosok taichounya telah pergi.
Tak hanya Isane. Di Dojo milik Juuichibantai terlihat seorang anak kecil yang berdiri di depan pintu sebelum melangkahkan kakinya mendekat pada dudukan bantal, tempat sang taichou biasanya duduk. Tak ada air mata yang mengalir dari kedua manik merah jambu perempuan kecil ini, seolah dia lebih tegar menghadapi kehilangan seseorang yang biasanya tak lepas darinya.
"Ken-chan..." Walau begitu, suara Yachiru tak terdengar bersemangat seperti biasanya. Tangannya mengambil sebuah penutup mata yang biasa dipakai oleh Zaraki, yang ditinggalkan untuk sang fukutaichounya.
Keadaan yang berbeda terjadi di bawah Soul Society. Penjara tingkat paling bawah itu kini bukanlah berfungsi untuk mengurung para kriminal tingkat atas, melainkan sebagai medan pertempuran kedua Kenpachi untuk menunjukkan siapa yang terkuat yang pernah ada. Silang pedang telah terjadi, detingan yang cukup keras terdengar di seluruh penjuru ruangan gelap itu.
Seringai puas Zaraki terlihat begitu jelas ditengah tempat tanpa cahaya itu. Zakari melompat, dengan cepat tangannya berayun tepat ke arah Unohana yang berada di depannya. Namun, dengan lihai Unohana dapat menepis dengan tangan kosongnya dan melancarkan sebuar serangan balasan. Dalam jarak sedekat itu, membuat Zaraki sempat tertekan saat bilah tajam Minazuki yang tersegel menuju tepat ke arah lehernya. Untunglah dalam detik terakhir Zaraki bisa mengelak, namun, tidak sepenuhnya. leher bagian sampingnya masih sempat menjadi santapan Minazuki.
Melompat mundur mengambil jarak dengan Unohana. Namun, Unohana tak membiarkan kapten divisi sebelas ini bebas begitu saja. Perempuan berambut panjang ini melompat, mengarahkan kakinya ke tangan Zaraki yang menggenggam zanpakutounya, mencoba mengunci gerakan san kenpachi generasi sebelas, sepertinya. Tangan Unohana kini mengayunkan Minazuki ke arah Zaraki. Sadar akan tangannya yang tak bisa digerakkan karena di Kunci oleh kaki lawan, Zaraki menggunakan kaki untuk menendang perempuan berambut panjang itu.
Unohana terlempar, cukup jauh. Namun, sangat mudah baginya untuk menapak pada dinding batu di belakangnya dan kembali melesat ke arah Zaraki dengan pedang yang terhunus. Dentingan pedang kembali terdengar, ya, Zaraki berhasil menahan tebasan yang Unohana.
"Dari awal pertarungan, kau sudah melepas penutup matamu. Patut dipuji.". Akhirnya bibir perempuan ini kembali berbicara. "Tapi... dengan melepasnya, berarti kau sudah sampai titik paling maksimal."
Pertahanan Zaraki melemah dan Unohana kembali berhasil melukai tubuh kapten divisi sebelas itu. Minazuki kembali terayun, bahkan kali ini membuat Zaraki terlempar cukup jauh walaupun dia berhasil menangkisnya.
"Kau lemah.." ucap Unohana pelan.
Oh, ada yang beda. Rupanya Unohana menggunakan senjata lain selain Minazuki. Yang berhasil melukai Zaraki bukanlah Minazuki, melainkan sebuah bilah tajam berukuran pendek, mungkin sepanjang bilah tantou. Dan bilah itu sempat menancap di bahu Zaraki sebelum pria ini mencabutnya dan melemparkan begitu saja ke tanah.
" Orang yang cuma menggunakan satu tangannya saat bertarung dan membiarkan tangan lainnya menganggur...." Nada bicara Yonbantai Taichou ini masih tidak berubah. "Bagiku kelihatan seperti tak menikmati pertarungan."
"Coba lihat dirimu sekarang, pakai tipuan murahan buat melukai lawanmu. " Balas Zaraki dengan seringai yang tak lepas dari wajahnya. "Kau berubah, banyak berubah. Sejak pertama kalinya aku mengagumimu!!"
"Jangan bicara begitu kepada lawanmu kalau sedang bertarung!!"
....
Pertarungan terus berlanjut. Hingga kini Zaraki berada di sudut yang tidak menguntungkannya. Punggungnya menempel pada dinding di tempat gelap itu. Unohana berdiri di depannya, dengan Minazuki yang teracung tepat ke leher pria berambut jabrik itu. Zanpakutou Zaraki telah terlempar jauh dari tempat mereka bertarung.
"Aku tidak berubah sama sekali.." Ucap Unohana dengan senyum tipis yang tak biasa dia pamerkan. " Terakhir kali aku melawanmu au bahkan tidak sempat menggunakan tipuan murahan tadi."
"Maksudmu, aku jadi lemah?." Zaraki hanya bisa memandang perempuan di depannya itu seolah menerima kekalahnya. " Dulu aku mengagumimu. Pohon, serangga, atau orang. Apa pun yang kutebas, semua rasanya sama. Membosankan, seperti menebas-nebas dalam kegelapan. Ketika melawanmu aku merasa takut untuk pertama kalinya. Untuk pertama kalinya aku menikmati pertarungan. Aku memutuskan aku mau bertarung seperti caramu bertarung. Dan sekarang..."
Unohana hanya memandang dengan penuh kasihan. Tatapan matanya begitu rendah memandang sang Kapten divisi sebelas itu, seolah matanya sendiri tak ingin melihat shinigami lemah seperti yang dia lawan sekarang.
" Apa aku akan mati tanpa bisa mengalahkanmu? ." Ucapan Zaraki tak sekeras seperti biasanya. Begitu pelan hingga pipi Kapten divisi sebelas ini basah karena air matanya yang mengalir deras dari bulir hitamnya. Unohana hanya tersenyum dan langsung menusukkan Minazuki tepat ke leher Zaraki hingga tembus begitu saja. "Sialan..."
....
Namun, mata Zaraki tiba-tiba membuka karena terkejut. Dia mendapati dirinya masih dalam pertarungan dengan Unohana. Tak ada bilah dingin yang menembus lehernya. Zanpanya masih beradu silang dengan zanpa milik Unohana.
"Ada apa?" Ucap Unohana pelan. "Sekilas,kau kelihatan kehilangan kesadaran.."
" Diam!!." Zaraki sendiri seolah tak mengerti apa yang terjadi padanya. "Apaan barusan? Aku yakin rasanya... Sialan. Tak ada waktu untuk berpikir sekarang. Aku harus fokus sekarang."
Sebuah detingan pedang kembali terdengar. Entah sudah berapa kali kedua zanpa itu beradu, menciptakan percikan api yang terlihat begitu terang ditengah kegelapan itu. Keduanya melompat mundur, mengambil jarak dan memasang kuda-kuda untuk melakukan serangan berikutnya.
Namun, wajah Unohana terlihat begitu berbeda sekarang. Entah, sebuah semburat kecemasan terlihat begitu samar diwajah dinginnya itu. " Zaraki Kenpachi. Kau tak akan mati. Setiap kali kau melintasi ambang kematian, kau jadi lebih kuat. Itulah kesalahan yang kau buat..." Gumamnya pelan. "Dan juga...dosaku.."
sumber : klik
Comments
Post a Comment
silahkan komentar disini, dan gunakan bahasa yang baik dan benar, dan juga saya beritahukan blog ini DOFOLLOW.